Materi PPA 12

Sebelum dimulai tak bosan-bosan saya ingatkan.

- Berdoa mohon kepahaman pada Allah SWT, karena "miraclenya" materi ini terletak dibalik dinding pemahaman.

- Hadirkan Allah, hayati resapi seakan-akan Allah sedang berbicara sama kawan sekalian.

- Baca perlahan, saran saya... baca dikala sepi, pantaskan diri untuk menerima pemahaman materi ini.

- Baca berulang-ulang dikala senggang, hingga timbul rasa cinta pada Allah SWT.

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Allahumma sholli 'alaa Muhammad wa 'alaa aali Muhammad
Robbi zidni ilman warzuqni fahman
Subhanallah wa bihamdihi subhanallahil adhzim
Allahumma inna nas aluka
-ilman naafi'an,
-wa rizqon thoyyiban,
-wa 'amalan mutaqobbalan.


Kawan sekalian, kita masih melanjutkan point ke-3 PPA, ya.

Husnudhzon (kuncinya Positive Feeling)

O iya sebelumnya lagi-lagi saya mengingatkan materi ini saya ambil dari private class PPA dan juga dari buku PPA. Saya ambil dan berusaha rangkum dengan bahasa yang semoga lebih mudah untuk dipahami. Namun hanya sebagian kecil inti-intinya aja, kalo mau versi lengkap silahkan beli bukunya atau ikut private class PPA di kota-kota terdekat.
Bagi Anda yang mau ikut private class PPA, bisa saya bantu.

Baiklah... Kita lanjut materi yang kemarin, ya. Hari ini kita akan belajar dari Musa Alaihissalaam

Sebab materi ini rangkuman dari point 1-3 PPA, jadi.... harap dibaca pelan-pelan saja. Jangan lupa awali berdoa agar diberi kepahaman oleh Allah Swt.

Saya awali dengan permisalan dulu, ya. Misalkan kawan jadi Nabi Musa Alaihissalaam, dalam kondisi terjepit di antara dua masalah yang hampir-hampir membuat kita putus asa;
di belakang ada bala tentara Fir'aun yang mengejar dan akan membunuh Anda semua, sementara di depan kita ada lautan merah yang membentang. Posisi sudah mentog ga bisa kemana-mana. Sdangkan yang mengikuti Anda banyak dan mereka berharap banget bisa selamat bersama Anda.
Nah kalo situasinya di depan ada laut dan di belakang mau ada musuh yang siap membunuh, kawan-kawan mau apa?

"Lompat, mas!"

itulah kita, ketika dalam situasi terjepit kaya gitu langsung aja ikhtiar. Tapi sayang ikhtiarnya malah bunuh diri! ๐Ÿ˜ง

Perhatikan lagi bagaimana Allah menggambarkan situasi pada waktu itu dengan amat sempurna.

Ketika kita ada keinginan (niat) untuk berbuat baik (seperti halnya nabi Musa menyelamatkan bani Israil) maka selalu ada tujuan di ujung jalan sana, namun hambatan (laut merah) dan bahkan terkadang ancaman (Fir'aun) hampir dipastikan akan selau ada untuk menguji niat baik kita tersebut.

Tetapi jangan khawatir kawan, karena sesunguhnya di balik setiap hambatan dan halangan yang sudah disiapkan Allah, Allah juga sudah otomatis menyediakan jawabanya (solusinya)

Ilham Kebaikan

"Niat baik itu diilhamkan/diamanahkan... Dan jika Allah sudah mengilhamkan niat baik kepada kita, itu artinya Allah juga sudah menyiapkan barang dan kendaraanya "
(yang belom paham, harap diulangi pelan-pelan, ya)

Intinya adalah... Misalkan di benak kawan sekalian tiba-tiba terpikirkan (karena ilham dari Allah) sesuatu dan hati tergetar berucap; " Ya Allah... Saya pengen deh punya rumah tahfidz, pengen deh punya pesantren, pengen deh punya ini itu...."

Maka sesunguhnya niat mulia tersebut itu diilhamkan Oleh Allah. Dan ketika hati dan pikiran kita diilhami kebaikan, pada dasarnya Allah sudah menyiapkan barangnya di ujung laut sana.

Paham, ya?

Adapun ketika banyak halangan yang muncul, itu melainkan Allah hanya ingin menguji kawan sekalian.

Perhatikan kisah nabi Musa sekali lagi, ketika nabi. Musa ingin menyelamatkan bani Israil (bukan hanya kabur menyelamatkan dirinya sendiri) di saat itu pula sebenernya Alah sudah menyiapkan tanah lapang yang dijanjikan di ujung laut sana. Tapi ga seru kalo kita pengen sesuatu, terus langsung dikasih sama Allah.
Selalu ada 'laut merah' buat nabi Musa, selalu ada rintangan buat semua keinginan kita.

Tapi coba perhatiin deh Laut Merah Allah bentangkan di hadapan nabi Musa, bukan buat menghalangi atau menghambat apalagi membinasakan nabi Musa beserta para pengikutnya, melainkan hanya untuk menguji apakah nabi Musa masih percaya pada Allah apa engga?

Apakah kawan sekalian masih percaya Allah di detik-detik terkahir, atau tidak? Atau mungkin kawan lebih percaya pada ikhtiar-ikhtiar dan bantuan orang lain?

Allah hanya ingin mengajarkan bahwa dalam situasi sesulit apapun, fokus kita ga boleh terbelah. Kita harus terus menyakini bahwa Allah lah yang akan menolong kita, bahwa Allah yang akan memberi solusi pada kita. Bukan ilmu kita, bukan Boss kita, bukan teman kita, bukan ikhtiar kita, bukan sistem kita, bukan hal-hal lain, melainkan Mutlak hanya Allah Subhanahu wa Ta'aala.

Dan ujian ini akan terus ada dari awal, di pertengahan dan hingga detik-detik akhir masalah.

Pertanyaanya adalah; "ujian apakah ini?"

INILAH UJIAN KEIMANAN!

"Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam macam cobaan) sehingga berkatalah rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: Bilakah datangnya pertolongan Allah? Ingatlah, sesunguhnya pertolongan Allah itu amat dekat."
(QS: Al- Baqarah, ayat 214)

Mungkin di antara kita masih ada yang bertanya-tanya; katanya pertolongan Allah itu deket, tapi kok ga sampe-sampe?

Nah itulah kita, belom apa apa udah maunya pertolongan aja.
Coba tanya pada diri sendiri masing-masing;

๐Ÿ‘‰ Udah baca pesan cintaNya, belom?

๐Ÿ‘‰ Sudah total bergantung padaNya, belom?

๐Ÿ‘‰ Sudah ngecek niatnya, belom?

๐Ÿ‘‰ Sudah ngecek ikhtiarnya, belom?

๐Ÿ‘‰ Sudah jagain dan penuhin hak-haknya Allah atau belom?


Dari Abil Abbas Abdullah bin Abbas, dia berkata:
"dahulu aku pernah berada di belakang Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam, lalu beliau bersabda : "wahai anak kecil, sesunguhnya aku ingin mengajarimu beberapa kata; jagalah Allah maka pasti Allah akan menjagamu, jagalah Allah pasti kau akan menjumpaiNya di hadapanmu. Apabila engkau meminta, maka mintalah kepada Allah. Dan jika engkau meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan pada Allah. Ketahuilah seandainya suatu umat berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu maka mereka tidak bisa memberi manfaat tersebut kecuali yang sudah ditakdirkan Allah untukmu, dan apabila mereka berkumpul untuk memudharatkan mu maka mereka tidak bisa memudharatkanmu kecuali dengan apa apa yang sudah ditakdirkan oleh Allah atasmu. Telah diangkat pena dan telah kering tinta."
(HR. Tirdmizi, dan dia berkata shohih)

Kita lihat kisah nabi Musa sekali lagi...
Di belakang ada bala tentara Fir'aun yang mengejar dan akan membunuh nabi Musa dan pengikutnya, dan di depan ada lautan merah yang membentang. Posisi sudah mentog ga bisa kemana-mana, sedangkan yang mengikuti nabi Musa banyak, dan mereka berharap banget bisa selamat bersama Musa AlaihisSalaam.

Apakah nabi Musa panik? Apakah nabi Musa takut?

Engga!!

Musa Alaihissalaam malah menjawab: "sekali-kali tidak akan tersusul, sesunguhnya Tuhanku bersamaku, dan akan memberi petunjuk kepadaku "
(QS: Asy-Syu'รฃra, ayat 62)

Ini adalah kalimat tauhid yang diucapkan Musa Alaihissalaam kala itu, yang menandakan bahwa hatinya tetap damai (positive feeling) karena ia tahu bahwa Allah tetap bersamanya.

Sekarang pertanyaanya adalah, "ketika mengucapkan kalimat tersebut apakah dia (nabi Musa) tau kalo petunjuk akan segera tiba?"

Jika dicermati dari kata yang digunakan adalah "sayahdiiin" yang artinya "Dan akan memberikan petunjuk", berarti petunjuknya belom dateng, donk?
Langit masih seperti biasa, Ombak Laut pun masih bergelombang dan Angin belom menunjukan sesuatu tanda apapun.

Berarti Nabi Musa Alaihissalaam melihat menggunakan iman, bukan menggunakan matanya.

Kalimat Tauhid yang keluar dari mulut nabi Musa inilah yang menandakan dia lulus dalam menjalani ujian keimanan. Dia menegakan kalimat "Laailaha illallah"
Maka Allah meluluskan dia dan mendatangkan pertolonganNya.

"Lalu kami wahyukan kepada musa : "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu" Maka terbelahlah lautan dan tiap tiap belahan adalah seperti gunung yang besar "
(QS: Asy-Syu'รฃra, ayat 63)

Apakah nabi Musa tau bahwa ketika ia memukulkan tongkatnya ke laut, laut pasti akan terbelah?

Jawabannya adalah; TIDAK!!

#

TONGKAT MUSA

Sekarang kita akan bahas tentang wasilah pertolongan Allah yaitu, tongkat.

Tongkat ini sederhana dan simple, loh artinya. Seringkali kita berpikir bahwa yang akan menyelesaikan masalah kita adalah sesuatu yang besar. Yang bisa menyelesaikan problem kita itu sesuatu solusi yang canggih-canggih.

Sekali lagi tidak!, kawan.

Justru hikmah dari Tongkat ini adalah; malah terkadang solusi itu ada di dekat kita. Solusi yang kita cari sampe puter-puter itu ternyata sesuatu yang sudah kita pegang sejak lama. Masalahnya terkadang kita ga fokus di situ. Pikiran kita terlalu jauuuuhhh mengaharap solusi dibantu oleh sesuatu yang lebih canggih.

Perlu diingat kembali, jangan hanya dilihat dari Tongkatnya saja, tapi lihat juga Tauhid di dalam hati nabi Musa. Gimana ia tetap Fokus on Allah, sehingga Allah jatuh cinta dan berkehendak untuk mendatangkan pertolonganNya.

Itulah hikmahnya. Bahwa sesunguhnya pertolongan Allah itu amat sangat dekat. Hal yang simple dan aksi yang dilakukan juga sederhana. Mulai hari ini ikhtiarlah dengan maksimal, namun imannya juga harus lebih maksimal! karena bisa jadi ikhtiar kita sama, cara kerja kita sama, pola yang kita lakukan sama, dan ternyata kok hasilnya berbeda beda?

Tau kenapa? Karena kadar keimanan yang mengikutinya beda, dan makanya hasilnya pun berbeda

Wallahu a'lam bishshowab.

Reza Novary
Sahabat Baitullah PPA